Rabu, 22 November 2023

Doa Minta Dijauhkan Dari Empat Kemungkaran

Doa Minta Dijauhkan Dari Empat Kemungkaran

 

Nabi Muhammad banyak berdoa memohon kepada Allah Ta’ala dengan penuh ketundukan, rasa harap dan rasa takut, meminta tambahan rahma, kebaikan dan ampunan, dan berlindung dari dosa, keburukan dan kemungkaran. Dari Quthbah bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah dahulu pernah berdoa;

اَللَّهُمَّ جَنِبْنِيْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ، وَاْلأَهْوَاءِ، وَاْلأَعْمَالِ، وَاْلأَدْوَاءِ

Allaahumma janibnii munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa, wal a'maal, wal adwaa
"Ya Allah, jauhkanlah aku dari berbagai kemungkaran akhlak, hawa nafsu, amal perbuatan dan segala macam penyakit.” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim)

Rasulullah memohon agar dijauhkan dari kemungkaran. Kemungkaran adalah lawan dari kebaikan, yaitu setiap hal yang dipandang buruk oleh akal dan dihukumi sebagai keburukan oleh syariat. Beliau berlindung dari kemungkaran akhlak seperti hasad, dengki, pelit, penakut serta perbuatan lisan seperti mencela, mencerca, memfitnah, melakukan ghibah dan mengadu domba (namimah), berdusta, bersumpah palsu, serta perkataan buruk dan diharamkan lainnya.

Beliau juga berlindung dari kemungkaran amalan, yaitu amalan lahiriah seperti kesyirikan, pembunuhan, zina, minum khomer, mencuri, menyakiti orang lain, zhalim terhadap hak orang lain.

Selain itu, beliau berlindung dari hawa nafsu, yaitu kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya. Hawa nafsu bisa mengajak kepada kebaikan dan keburukan, namun secara umum senantiasa mengajak kepada keburukan. Hanya orang-orang yang diberi Rahmat Allah saja yang selamat. Maka hal yang paling membahayakan manusia adalah hawa nafsunya. Allah Ta’ala berfirman;

فَاِنْ لَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ اَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ اَهْوَآءَهُمْۗ وَمَنْ اَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوٰىهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللّٰهِ ۗ

“Jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun?...” (QS. Al-Qasas: 50)

Ada yang sampai tahap menuhankan hawa nafsunya, sebagaimana disinggung Allah Ta’ala;

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَه هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ

“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”  (QS. Al-Furqan: 43)

Yaitu ketika hawa nafsunya memerintahkan sesuatu ia mengikutinya, dan melarang dari sesuatu maka ia pun meninggalkannya. Sehingga hawa nafsunya menjadi penentu apa yang dilakukan, bukan Allah Ta’ala yang seharusnya memerintahkan dan melarang.

Terakhir, nabi berlindung dari kemungkaran penyakit. Maksudnya berlindung dari penyakit dan sakit yang jelek serta berbahaya, seperti kusta, belang, TBC, kanker, AIDS, dan lain-lain” (Faidul Qadir, 2/110).

 

Mengapa Rasulullah berdoa menggunakan redaksi seperti ini?

Apakah karena Rasulullah masih memiliki kemungkaran-kemungkaran seperti yang disebutkan dalam doa, sehingga memerlukan bantuan Allah agar dijauhkan darinya.

Tentu kita meyakini bahwa Rasulullah adalah hamba Allah yang terbebas dari dosa (ma’shum), sehingga beliau tidak memiliki empat kemungkaran seperti yang disebutkan dalam doa. Namun Rasulullah berdoa dalam rangka mengajari umatnya yang seringkali berbuat kesalahan dan dosa, bagaimana caranya meminta kepada Allah Ta’ala. Sebab empat hal ini yang banyak menimpa manusia.

 

Penulis: Djati Purnomo Sidhi

 

       

 

Sabtu, 26 September 2020

GOTONG ROYONG DALAM MENDIDIK ANAK

GOTONG ROYONG DALAM MENDIDIK ANAK

 Menentukan Visi Pendidikan Anak

Ketika mengawali kehidupan rumah tangga, suami dan istri haruslah menentukan visi hidup bersama terlebih dahulu agar rumah tangga berjalan seiya sekata, senada dan seirama. Terutama dalam menentukan pendidikan anak nantinya. Visi utama adalah menjadikan keluarga terbebas dari api neraka dan masuk surga bersama-sama. Allah Ta’ala berfirman;

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran: 185)

Masing-masing suami dan istri harus siap untuk memperbaiki diri dan senantiasa mengingat betul arah tujuan keluarga tersebut. Sehingga keluarga tumbuh dalam suasana yang religius dan agamis. Visi di atas bukan hanya sekedar simbol saja, akan tetapi ditunjang dengan misi berupa praktek dan penerapannya di dalam rumah. Faktor agama menjadi nomor satu dalam mendidik anak-anak. Indikator keberhasilannya tatkala anak memiliki aqidah yang benar, adab dan akhlak yang baik, serta mampu menjalankan ibadah hariannya secara mandiri.

Anak Adalah Amanah

Anak adalah amanah Allah Ta’ala bagi orangtuanya. Hatinya masih suci ibarat mutiara yang masih polos, tanpa goresan apalagi ukiran. Mutiara itu siap diukir dan akan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan berperilaku baik dan diajari yang baik-baik, niscaya ia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Hasilnya, orangtua akan bahagia dunia dan akhirat. Sebaliknya jika ia dibiasakan berbuat buruk atau dibiarkan begitu saja seperti layaknya binatang ternak, niscaya ia kan menjadi anak yang menyimpang dan menjadi penyebab kesedihan dan kesengsaraan bagi kedua orangtuanya.

Semua itu bergantung kepada orangtuanya dan rumah sebagai tempat tumbuh kembangnya. Hal yang pertama yang dilihat anak adalah keduanya, kemudian terekam dalam benaknya gambaran kehidupan. Rasulullah bersabda,”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Bukhari no. 1835)

Inilah masa keemasan yang tidak boleh disia-siakan. Pendidikan yang baik adalah hak anak dan kewajiban orangtua. Pendidikan bukanlah hibah ataupun hadiah yang turun dari langit begitu saja.  Tanggung jawab orangtua terhadap anak bukan sekedar memberinya makan kenyang, pakaian bagus ataupun rumah yang lapang. Tanggung jawab yang lebih berat adalah memberikan pendidikan terbaik bagi mereka dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Allah Ta’ala berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)

Berkenaan dengan ayat di atas, Ali bin Abi Thalib mengatakan,”Yakni ajarilah dirimu dan keluargamu nilai-nilai kebaikan.”

Ini adalah amanah Allah Ta’ala dan akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah ini. Rasulullah bersabda:“Kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya...Seorang lelaki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan anak-anaknya. Dan ia akan ditanyai tentang mereka. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari no. 893 dan Muslim no. 4828)

Berbagi Peran, Berbagi Tugas

Seorang ayah memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bekerja keras banting tulang untuk menafkahi anak dan istrinya. Allah Ta’ala berfirman;

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisa: 34)

Namun, bukan hanya itu saja. Di dalam keluarga, dengan beberapa anak yang akan diberikan pendidikan, ayah bertindak sebagai kepala sekolahnya, yang akan menentukan kemana pendidikan tersebut diarahkan. Sedangkan ibu bertindak sebagai al-madrasatul ula yaitu sebagai sekolah yang pertama, sehingga ibu bertindak sebagai guru utama bagi anak-anaknya. Ibu bertugas memberi pendidikan sejak anak dalam kandungan, ketika lahir, bahkan hingga dewasa nanti.

Ayah Mendidik Dengan Maskulin, Ibu Mendidik Dengan Feminim

Laki-laki dan perempuan memiliki karakter yang berbanding terbalik. Laki-laki dengan sifat maskulin dan perempuan dengan sifat feminimnya. Masing-masing sifat tersebut harus terekam dalam diri anak agar pertumbuhannya sesuai dengan fitrah. Anak-laki-laki belajar mengembangkan karakter maskulinnya seperti ayah, sedangkan anak perempuan mengembangkan karakter feminimnya seperti ibu.

Membentuk karakter maskulin pada anak laki-laki:

a.      Memberikan keteladanan pada anak

b.      Melatih kekuatan fisik dengan mengajaknya berolah-raga dan kegiatan yang melibatkan fisik anak.

c.       Membangun pola pikir rasional, tidak larut dengan perasaan.

d.      Mengajari kedisiplinan dan komitmen

e.      Melatih keberanian

f.        Melatih kepemimpinan

g.      Melatih karakter feminim secukupnya: sabar, penyayang, pemaaf.

Membentuk karakter feminim pada anak perempuan:

a.      Memberikan keteladanan pada anak

b.      Melatih kecerdasan berbahasa (komunikasi)

c.       Melatih kesabaran

d.      Menumbuhkan empati dan kasih sayang: merawat binatang, kegiatan sosial.

e.      Melatih karakter maskulin secukupnya: berani, disiplin, komitmen, dll.

Mendoakan Anak

Manusia pada dasarnya adalah lemah tanpa pertolongan dari Allah. Hendaknya kedua orang tua tidak putus untuk meminta kepada Allah Ta’ala, agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih/shalihah dan berbakti kepada keduanya di masa tua nanti.

Memang tugas dan tanggung jawab untuk mendidik anak tidak ringan. Melaksanakan tanggung jawab ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ujian dan rintangan mungkin muncul silih berganti. Rasa letih dan bosan kadang datang mendera. Sementara setan terus membuat makar dan tipu daya untuk mematahkan semangat kita. Apalagi tabiat dasar manusia adalah suka berkeluh kesah. Allah Ta’ala berfirman;

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS Al-Ma’arij: 19)

Jauhilah sifat ini sebisa mungkin. Ingat, keluh kesah hanya membawa kerugian. Sebab, sekecil apapun tugas dan tanggung jawab, bila disikapi dengan keluh kesah, amarah dan perasaan tidak ikhlas maka tugas ringan menjadi beban berat. Lebih rugi lagi, hati menjadi tidak ikhlas sehingga membuat orangtua terluput dari pahala. Inilah kerugian di atas kerugian, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Di dunia kita merasa terbebani di akhirat tidak ada catatan pahala di sisi Allah.

 

Penyusun: Djati Purnomo Sidhi, S.H

Referensi:

Istadi, Irawati. 2017. Rumahku, Tempat Belajarku: Menjadikan Rumah Sebagai Basis Peradaban, Yogyakarta: Pro-U Media.

Choiriyah, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsary. 2012. Mencetak Generasi Rabbani: Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi. Cetakan Keempat, Bogor: Darul Ilmi Publishing.

Jumat, 14 September 2018

Tafsirweb.com , Rujukan Tafsir Online Berbahasa Indonesia



tafsirweb.com
Salah satu cara untuk memahami al-Qur’an selain dengan membaca terjemahannya, adalah dengan membaca tafsir yang berkaitan dengan ayat yang dibaca. Begitu para ulama menjelaskan. Bagi orang yang mampu berbahasa Arab maka bisa membaca kitab arabnya. Namun bagaimana dengan orang Indonesia yang bahasa Arabnya pas-pasan, atau pengetahuan bahasa arabnya masih sebatas kosa kata ringan saja?

Tentu keterbatasan dalam berbahasa Arab tidak lantas menjadikan seorang muslim berputus asa untuk memahami kalamullah. Cobalah mulai untuk mempelajari bahasa Arab sedikit demi sedikit, mintalah teman yang sudah bisa untuk mengajari, atau bisa mengikuti les bahasa arab yang sudah mulai menjamur di berbagai kota. Belajarlah dengan niatan agar bisa memahami Al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Memang benar bahwa ketika membaca tafsir semestinya kita mengambil rujukan dari kitab berbahasa Arab langsung, namun tidak secara mutlak juga. Karena kita dituntut untuk memahami bacaan al-qur’an yang kita baca. Sudah barang tentu adanya buku-buku terjemahan cukup membantu. Kadangkala kita terkendala untuk membawa fisik buku-buku tafsir yang lumayan berat, apalagi ketika bepergian jauh sedangkan membaca al-Qur’an dan memahami maknanya sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.

Saat ini sudah ada website yang menghimpun tafsir al-Qur’an terjemahan yang dapat diakses secara online. Kunjungi saja tafsirweb.com dari komputer, laptop maupun ponsel pintar yang Anda miliki. Dalam beberapa detik saja website sudah terbuka, menampilkan halaman muka dengan latar belakang putih yang minimalis. Tidak banyak menu yang ditampilkan pada website itu, hanya ada nama web, kemudian daftar 114 surat dalam al-Qur’an yang bisa kita pilih untuk mengetahui tafsirnya. Pada bagian kanan halaman terdapat kotak pencarian tafsir dan pilihan kategori, sangat simpel.

Ketika memilih salah satu surat, kita akan dibawa ke halaman berikutnya yang daftar ayat yang sudah berisi tafsir, tinggal pilih saja ayat yang akan dibaca tafsirnya. Setelah memilih ayat maka kembali kita dibawa ke halaman lain yang berisi teks Arab dari ayat yang dipilih, arti ayat, dan tafsir ayat yang diambil dari beberapa kitab tafsir ringkas seperti tafsir As-Sa’di, tafsir al-Aisar, dan yang lainnya sebagaimana dituliskan dalam referensi di akhir halaman.
referensi tafsirweb.com

Secara keumuman website tafsirweb.com sudah cukup bagus dengan tampilan minimalisnya dan cara penyusunan tafsir per ayat dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir ringkas. Akan tetapi font arabic yang ditampilkan di website tidak begitu ramah bagi penglihatan, terutama bagi orang yang lanjut usia. Lebih bagus jika diganti dengan font Utsmani sesuai standar penulisan mushaf sehingga memudahkan pembacanya. Namun dengan hadirnya tafsirweb.com merupakan suatu hal yang patut diapresiasi dan disyukuri.

Kamis, 17 November 2016

Menyemai Persatuan Umat Islam di Indonesia

Esai ini pernah diajukan dalam acara Silatnas Halaqah Bem Pesantren Se-Indonesia yang dilaksanakan pada 10-13 November 2016, di Kampus STIU Al-Hikmah Bogor.



Menyemai Persatuan Umat Islam di Indonesia
Oleh : Djati Purnomo Sidhi
Mengapa umat Islam di Indonesia yang jumlahnya begitu banyak belum bisa bersatu sampai saat ini? Mengapa terus saja ada polemik yang terjadi? Apa saja yang menghambat terjadinya persatuan di antara mereka? Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak saya melihat fenomena yang terjadi dalam tubuh umat Islam di Indonesia dewasa ini.

Kamis, 27 Oktober 2016

Kumpul Keluarga Jangan Jadikan Ajang Pamer dan Bangga Diri



Momen lebaran sering dijadikan ajang untuk kumpul keluarga. Dimana banyak anggota keluarga yang tadinya terpisah-pisah berkumpul bersama. Ada yang sedang kuliah di kota lain. Ada juga yang sudah Bekerja dan menetap di lain pulau. Lebaran lah yang menjadi ajang kebersamaan.
Selain berkumpul dengan keluarga sendiri, biasanya ketika lebaran juga diadakan acara kumpul keluarga besar. Yaitu keluarga yang berasal dari garis keturunan kakek/buyut yang sama. Bayangkan saja banyaknya orang yang berkumpul saat itu. Karena banyaknya keturunan.

Senin, 26 September 2016

Penjelasan Doa dan Dzikir Sholat : Takbiratul Ihram


TAKBIRATUL IHRAM (ALLAHU AKBAR)
Dari Ali radiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Kunci sholat adalah bersuci, yang mengharamkannya adalah takbir, dan yang menghalalkannya adalah salam[1]
Penjelasan
Allahu Akbar maknanya Allah lebih besar dibanding segala sesuatu, dan selain Allah tunduk, rendah, dan kecil dibandingkan denganNya[2].
Disebutkan dalam an-Nihayah bahwa Allahu Akbar maknanya adalah Allah yang Maha Besar dikarenakan wazan Af’ala pada kata Akbar serupa dengan wazan Fa’iil. Seperti perkataan al-Farazdaq :
إن الذي سمك السماء بنى لنا بيتا دعائمه أعز وأطول
Sesungguhnya Dzat yang meninggikan langit membangun sebuah rumah bagi kita, tiang-tiangnya kuat dan panjang
Maknanya adalah : عزيزة طويلة kuat dan panjang.

Rabu, 14 September 2016

Karena Ilmu Syar'i Lebih Pantas Untuk Didatangi


Ilmu syar’i atau ilmu agama adalah ilmu yang sangat mulia, bagaikan mutiara yang terpendam di dasar lautan. Tak heran jika banyak yang memburunya. Beragam media sudah lengkap tersedia untuk mereguk nikmatnya ilmu agama. Mulai dari kaset, cd, internet, kitab, kajian rutin, dan lain sebagainya.